:

5 Tradisi Warga Tegal yang sampai Sekarang Masih Ada, Mana yang Kamu Tahu?


Tradisi Warga Tegal
Tradisi Warga Tegal (foto: wikimediacommons)

RADAR TEGAL – Bagi Anda yang merupakan orang asli Tegal, apakah Anda mengetahui tentang tradisi warga Tegal yang biasanya orang lakukan? Bahkan ada yang sampai sekarang pun masih berlaku.

Atau juga bagi Anda yang bukan asli Tegal namun penasaran dengan apa saja tradisi warga Tegal yang biasanya sebagian besar orang Tegal melestarikan hal tersebut. Maka simak penjelasan di bawah ini.

Perlu Anda ketahui bahwa tradisi warga Tegal memiliki keunikan tersendiri. Mungkin banyak dari Anda yang masih berusia remaja tidak tahu tentang tradisi ini. Atau bisa juga Anda melakukannya tetapi tidak tahu maknanya.

Anda sebagai generasi muda seharusnya dapat melestarikan kebudayaan nenek moyang Anda. Salah satunya adalah dengan memahami dan menjaga tradisi warga Tegal agar tidak punah.

Maka dari itu, di sini Radartegal.id akan memberi tahu Anda apa saja tradisi warga Tegal yang sampai saat ini masih banyak orang yang melakukannya. Dan tradisi yang orang Tegal pun memiliki nama-nama yang nyentrik sehingga membuat orang penasaran apa maknanya.

BACA JUGA: Wisata Guci, Tempat Pemandian Paling Nyaman di Tegal

Tradisi Warga Tegal

6 Tradisi yang menjadi kebiasaan rutin warga Tegal adalah:

1. Rebo Wekasan

Rebo Wekasan merupakan tradisi warga Tegal yang biasanya orang lakukan pada hari Rabu akhir di bulan Safar pada kalender hijriah. Tujuan tradisi ini yang orang percaya sebagai upaya tolak bala atau menolak hal buruk terjadi pada orang tersebut.

Pada saat Rebo Wekasan, orang akan menyediakan makanan, biasanya seperti ketan atau nasi kuning. Dan kemudian mereka bagikan kepada tetangga. Dan begitu pun sebaliknya, tetangga juga akan membagikan makanannya untuk orang lain. Sehingga saling memberi.

Dan saat hari ini tiba, biasanya banyak orang yang akan memberikan makanan, sehingga lebih baik khusus pada hari itu para ibu-ibu tidak perlu memasak lagi. Hal ini takut makanannya akan terbuang. Bagi-bagi makanan ini biasanya mulai dari sore hari menjelang hari H sampai esok harinya lagi.

2. Unggah-unggahan

Unggah-ungahan ini merupakan tradisi yang biasanya orang Tegal lakukan pada saat menjelang puasa. Berbeda dengan Rebo Wekasan yang hanya 1 hari. Unggah-ungahan bisanya dapat orang lakukan seminggu sebelum puasa.

Tradisi ini biasanya orang lakukan dengan membagikan makanan dengan menggunakan wadah berkat. Jika Rebo Wekasan hanya untuk 1 porsi, unggah-unggahan porsinya bisa untuk satu keluarga.

BACA JUGA: Sate Khas Tegal, Olahan Daging Kambing Muda yang Maknyus

Isi dari berkat tersebut biasanya dengan isian telur rebus, mie, tumis kacang/kentang balado, ayam goreng/ayam balado/ikan, tahu goreng, dan lainnya yang dapat orang sesuaikan dengan kemampuan dan keikhlasan orang yang akan memberi.

3. Prepegan

Prepegan akan orang Tegal lakukan pada saat satu hari menjelang hari lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha. Di mana para ibu-ibu akan berbondong-bondong untuk pergi ke pasar untuk mempersiapkan hari esok.

Mungkin Anda heran, kenapa tidak membelinya jauh hari agar tidak rame. Tapi ini akan terasa lebih afdol jika dilakukan bersama-sama. Suasana hari raya lebih terasa hangat.

Tradisi Kesukaan Anak Kecil

4. Nyadran

Tradisi nyadran pada umumnya orang lakukan pada saat hari raya Idul Fitri. Di mana sebagai cucu, anak, atau adik yang usianya lebih muda harus mendatangi keluarga yang lebih tua untuk bersilaturahmi di hari raya.

Dan tradisi ini dilakukan dari rumah ke rumah. Atau sebagian kecil juga ada yang lebih memilih untuk berkumpul di suatu tempat. Tetapi tradisi nyadran ini biasanya mendatangi rumah ke rumah. Dan uniknya, orang yang mengunjungi akan membawa bingkisan yang berisi gula, teh, dan jajanan.

Tradisi ini adalah tradisi yang anak kecil senangi karena mereka akan mendapatkan “uang pecingan’ dari keluarga yang sedang mereka kunjungi.

5. Mudun Lemah

Tradisi mudun Lemah atau biasa orang kenal dengan tedak siten, berlaku untuk anak bayi yang baru saja memasuki usia 7 bulan. Pada saat pelaksanaan, keluarga akan membuat bubur Candil dan bubur sumsum, dan kemudian akan mereka bagikan ke tetangga sekitar.

Selain itu, pada proses mudun lemah bayi akan masuk ke dalam kurungan ayam dan ada kakak/saudara lainnya yang memangkunya. Kemudian kurungan tersebut ditutup. Si dukun bayi akan memutarkan lilin di atas kurungan.

Setelah itu, bayi akan diminta untuk memilih salah satu barang yang sudah tersedia. Misalnya kaca, buku, uang, perhiasan, padi yang sudah berada di piring yang berisikan beras kuning. Konon semua barang tersebut memiliki makna tersendiri.

Baru selanjutnya si bayi akan dituntun untuk menginjak 7 layah/piring yang berisikan bubur. Dan barulah acara ditutup dengan menyebarkan uang logam kepada orang yang menyaksikannya.

Demikian informasi mengenai 5 tradisi warga Tegal yang sampai saat ini masih bertahan. Semoga bermanfaat.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *