RADAR TEGAL – Dalam legenda Tutur Tinular terdapat seorang tokoh pemuda tampan dan gagah berani bernama Arya Kamandanu. Kisahnya berlatar belakang saat akhir masa Kerajaan Singasari sampai menuju awal Kerajaan Majapahit.
Arya Kamandanu menjadi panglima perang saat pemerintahan Raden Dyah Wijaya di Kerajaan Majapahit. Sosok pria ini digambarkan sebagai prajurit sejati yang tangguh.
Bahkan, Arya Kamandanu kelak mewarisi pusaka Naga Puspa yang menjadi incaran banyak orang. Namun, dari berbagai kejayaan karirnya, Arya merupakan pemuda yang pemalu dalam mengutarakan isi hatinya terhadap perempuan.
5 Fakta unik Arya Kamandanu
BACA JUGA: Sang Pembangkit Peradaban Tanah Jawa, Legenda Aji Saka
Latar belakang
Terlahir di desa kecil Kurawan, Kamandanu adalah putra kedua Mpu Hanggareksa yang merupakan pembuat senjata Kerajaan Singasari. Ayahnya juga menjadi kepercayaan Prabu Kertanegara.
Kamandanu memiliki kakak bernama Arya Dwipangga yang berkebalikan sifatnya. Kakaknya memiliki sifat licik, dan senang menggoda perempuan, termasuk kekasih adiknya.
Kamandanu dan Dwipangga juga memiliki minat yang bertolak belakang. Apabila kamandanu sangat piawai dalam ilmu bela diri dan kanuragan, kakaknya sangat menyukai sastra dan senang menulis syair.
Dari syair-syair tersebut, kakaknya juga merayu Nari Ratih (kekasih adiknya) hingga merebutnya. Dwipangga juga memiliki julukan Pendekar Syair Berdarah.
Kamandanu dan kakaknya besar oleh ayahnya saja dengan bantuan pengasuh setia bernama Nyi Rongkot.
Awal mula belajar ilmu kanuragan
Guru yang mengajari Kamandanu ilmu kanuragan adalah Mpu Ranubhaya yang merupakan saudara seperguruan ayahnya. Apabila merunut dari atas, Mpu Ranubhaya merupakan murid yang belajar dari Bango Samparan, ayah angkat Ken Arok.
Selain Kamandanu, terdapat murid lain bernama Wirot. Di sebuah goa pinggiran bukit Desa Kurawan, mereka berdua mendapat bimbingan dari Mpu Ranubhaya setiap harinya.
Selama beberapa hari belajar, Kamandanu akhirnya menguasai Aji Saipi Angin, sebuah ilmu kanuragan yang bisa meringankan tubuh. Hal itu membuatnya mampu berlari melesat seperti terbang.
Karena ketekunannya, ia juga berhasil menguasai pukulan dua belas jurus di tahap ketiga, atau bernama Jurus Naga Puspa. Akhirnya jurus tersebut ia sempurnakan dengan bantuan Mpu Lunggah.
BACA JUGA: Fakta Nyi Rambut Kasih, Ratu Sakti yang Melegenda
Mewarisi Pedang Naga Puspa
Pedang Naga Puspa sebenarnya ciptaan Mpu Ranubhaya yang merupakan guru Kamandanu. Awalnya pusaka ini untuk Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan sebagai tebusan diri Ranubhaya sebagai tawanan.
Namun, pedang tersebut malah menjadi rebutan banyak kerjaan. Untuk menghindari dari orang-orang jahat, pedang ini Ranubhaya serahkan ke pasangan pendekar Lou Shi Shan dan Mei Shin.
Pasangan berdarah Tiongkok tersebut menjadi buronan hingga kabur ke Pulau Jawa. Tak berbeda dari negaranya, di tanah Jawa juga banyak pendekar yang ingin merebut pedang tersebut.
Saat Lo Shin tewas, pedangnya beralih ke Mei Shin yang hidup terlunta-lunta hingga bertemu dengan Arya Kamandanu. Seiring kebersamaannya, mereka jatuh cinta.
Lalu pedang Naga Puspa jatuh ke tangan Arya Kamandanu, yang merupakan murid kesayangan pencipta pedang tersebut. Saking dahsyat kekuatannya, baru terbuka dari warangkanya akan keluar pamor berwarna kemerah-merahan.
Saat menciptakan Naga Puspa, Mpu Ranubhaya memasukkan energi Naga Bumi ke dalam pedang. Hal tu menyebabkan siapapun yang berani mencabut pedang tersebut tetapi tidak memiliki energi dalam memadai akan mati.
Pedang itu mampu menyedot tenaga orang yang memegang dan telah banyak korban berjatuhan.
Arya Kamandanu sendiri dalam menguasai pedang Naga Puspa membutuhkan perjuangan panjang. Ia bertapa sampai 40 hari agar mampu menyempurnakan tahap akhir jurus naga puspanya.
Lalu dengan bantuan Keris Mpu Gandring, Kamandanu baru bisa menguasai dan menaklukkan keganasan pedang Naga Puspa hingga pamornya berubah warna kebiru-biruan.
Di akhir masa petualangannya, Kamandanu memilih untuk menyembunyikan pedang Naga Puspa agar tidak jatuh ke tangan yang salah.
Ia menancapkan pedang tersebut ke sebuah bongkah batu besar di sebuah gua tersembunyi di lereng Gunung Arjuna. Di sini juga ia bertemu dengan Gajah Mada.
BACA JUGA: Kisah Legenda Prabu Angling Dharma
Kisah percintaannya
Selama hidupnya, Arya Kamandanu bertemu dengan empat perempuan, yakni Nari Ratih, Mei Shin. Luh Jinggan, dan Dewi Tunjung Biru.
Nari Ratih adalah cinta pertamanya yang berasal dari Desa Manguntur. Parasnya sangat cantik membuat banyak pemuda ingin meminangnya.
Namun, Nari Ratih hanya menyukai Kamandanu. Meskipun mereka saling mencintai, sikap Kamandanu yang pemalu dan tidak tegas sering membuat kesalahpahaman di antara keduanya.
Hal itu sering membuat Ratih kecewa dan merasa bingung dengan perasaan Kamandanu terhadapnya. Awalnya Dwipangga selaku kakak Kamandanu berusaha membantu adiknya dengan mengirimkan syair cinta ke Nari Ratih.
Ketika Ratih mengetahui bahwa bukan Kamandanu yang menulis, ia menjadi sangat marah dan merasa dipermainkan sehingga mereka berselisih lagi.
Dwipangga berusaha menemui Ratih untuk memberikan penjelasan, tetapi karena mengetahui parasnya yang sangat cantik ia ikut jatuh hati dan ingin merebut kekasih adiknya tersebut.
Akhirnya Dwipangga semakin rajin menuliskan puisi-puisi cinta kepada Nari Ratih, hingga mereka sering bertemu tanpa sepengetahuan Arya Kamandanu.
Karena terbakar api asmara, mereka berdua memadu kasih hingga Nari Ratih hamil sebelum menikah. Hal ini membuat Kamandanu sangat terpukul hingga ia memutuskan pergi di hari pernikahan kakak dan mantan kekasihnya itu.
Bertemu Mei Shin
Saat berpetualang, Kamandanu bertemu dengan Lou Shin dan Mei Shin yang menjadi buronan karena pedang Naga Puspa. Saat Lou Shin tewas karena sakit, ia menitipkan pesan agar Kamandanu menjaga Mei.
Seiring kebersamaannya, mereka saling jatuh cinta. Namun, lagi-lagi kakaknya merusak hubungan asmaranya. Diam-diam Dwipangga memperkosa Mei Shin hingga ia hamil.
Karena ketegarannya, Kamandanu tetap menikahi Mei. Lalu karena perbuatannya sendiri, rumah tangga Dwipangga dan Ratih tidak akur karena sering bertengkar dan puncaknya ia membunuh istrinya sendiri.
Karena dendam, Dwipangga mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya yang menyembunyikan Mei selaku buronan Kerajaan Kediri.
Hal itu membuat ayah Kamandanu tewas karena serangan prajurit Kediri yang dipimpin Mpu Tong Bajil. Mei juga menghilang dan akhirnya Kamandanu berpetualang lagi untuk mencari istrinya.
BACA JUGA: Ternyata Begini Kisah Awal Kesultanan Mataram Islam Berdiri, SImak 4 Faktanya
Perjalanan saat mencari Mei Shin
Saat dalam perjalanan mencari istrinya, Kamandanu bertemu pendekar wanita bernama Sakawuni, yang akhirnya ia menjadi pengikut Raden Wijaya, menantu Kertanegara.
Saat terjadi penyerangan pasukan Kediri hingga ayahnya tewas, ternyata Mei tertolong oleh pasangan pendekar bernama Nini Ragarunting dan Kaki Tanpa Roang.
Akhirnya Kamandanu berhasil bertemu istrinya dan dalam beberapa waktu mereka hidup bahagia bersama. Namun, Kamandanu memiliki tugas berjuang ke medan pertempuran sebagai pengikut Raden Wijaya.
Akhirnya ia terpaksa meninggalkan Mei di lereng gunung Arjuna. Sialnya, Mei diserang lagi oleh kelompok Mpu Tong Bajil.
Kondisinya yang saat itu kurang bagus setelah melahirkan anak Dwipangga sehingga kesulitan membela dirinya sendiri. Beruntungnya Mei mendapat pertolongan dari tabib Cina bernama Wang Yin.
Setelah Raden Wijaya mendirikan Majapahit, ia memberikan nasihat untuk menikah dengan Sakawuni. Namun, Kamandanu tetap bersikeras mencari Mei Shin meskipun tidak pernah membuahkan hasil.
Suatu hari saat ia mencari istrinya bersama Sakawuni dan berhasil bertemu Mei yang telah menjadi tabib. Sayangnya, Mei tidak mengakui kedatangan Kamandanu yang akrab dengan wanita lain.
Hal itu membuat Kamandanu putus asa, hingga memutuskan untuk menikah dengan Sakawuni hingga lahir anak bernama Jambu Nada. Namun, Sakawuni wafat setelah melahirkan karena pendarahan hebat dan tidak ada tabib yang bisa menyelamatkannya.
Hal ini membuat Kamandanu mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit sambil membawa putranya dan menepi ke lereng Gunung Arjuna.
BACA JUGA: Keajaiban Legenda Sungai Serayu dari Mitos Hingga Realitas yang Tersebar Luas di Kalangan Masyarakat
Kesetiaan dan kebaikan Arya Kamandanu membuat banyak orang mencintai tokoh ini. Meskipun ia tidak beruntung dalam kisah percintaannya, tetapi Kamandanu tetap berusaha bertanggungjawab dalam setiap pekerjaannya.
Itulah fakta unik dan menarik tentang Arya Kamandanu. Kalau kamu suka bagian yang mana?***