:

Gak Cuma di Pantai Selatan, Ke Sini Juga Gak Boleh Pakai Baju Hijau! Begini Mitos di Gunung Lawu


Mitos Gunung Lawu
Mitos Gunung Lawu (Foto: shunt-magetan)

RADAR TEGAL – Gunung Lawu merupakan salah satu destinasi menarik bagi para pendaki karena memiliki keunikan tersendiri. Gunung ini juga menyimpan banyak misteri dan mitos. 

Bahkan dahulu di masa Majapahit, Raja Brawijaya V melakukan semedi di Gunung Lawu. Kemistisan gunung ini semakin diperkuat dengan kehadiran petilasan dua candi di lerengnya. 

Dua candinya adalah Candi Cetho dan Candi Sukuh yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar, bagian barat Gunung Lawu. Selain karena misterinya, gunung ini juga ramah untuk pendaki pemula. 

Penyebab hal itu karena jalur pendakian di Gunung Lawu yang aman dan tidak berbahaya. Meskipun terdapat larangan solo hiking, pemula masih aman untuk mendaki gunung ini, terutama apabila bersama teman yang berpengalaman. 

3 Mistis Gunung Lawu yang bikin merinding 

BACA JUGA: 2 Fakta Gunung Slamet, Gunung Tertinggi di Pulau Jawa Setelah Semeru

Terdapat pasar tak nampak, pasar setan 

Bagi kamu yang memiliki jiwa petualang sejati, Gunung Lawu menjadi opsi terbaik untuk dijelajah. Pemandangan alamnya yang memukau dan kisah mistis di baliknya menjadi perpaduan unik bagi para pendaki. 

Di sebuah pos 5 melalui cemoro kandang, terdapat pasar setan beroperasi mulai matahari tenggelam. Konon, apabila terdapat sebuah suara yang bertanya “beli apa dik”, pendaki wajib menjawab dan juga membeli barang. 

Pendaki mengambil barang yang terdekat, misalnya tanah yang berada di bawah, atau daun, ranting, dan lainnya. Selanjutnya pengunjung melemparkan uang ke arah suara. 

Hal ini dipercaya dapat mengusir para makhluk gaib yang mendekati manusia. Bahkan, jika tidak melempar uang di pasar tersebut, besar kemungkinan manusia akan diajak hidup di alam gaib. 

 

Jangan coba-coba pakai baju hijau saat mendaki 

Di Lawu terdapat aturan tak tertulis tentang larangan memakai baju berwarna hijau saat mendaki. Mitos ini telah ada sejak zaman dahulu karena kearifan lokal nenek moyang dalam menjaga keselamatan diri. 

Mitos ini sebenarnya mencegah para pendaki dari tersesat atau tidak bisa hilang karena warna hijau menyerupai warna hutan Lawu yang sangat lebat. 

BACA JUGA: Jangan Sembarangan Saat Mendaki Ke Gunung Arjuno! Banyak Tempat Keramatnya

Bukan hanya itu, para pendaki lebih baik memakai baju warna lain agar senantiasa selamat sampai tujuan dan bisa pulang dengan utuh. 

Hal ini juga berfungsi sebagai pencegahan, karena apabila terjadi orang hilang lebih mudah ditemukan. Jika pendaki memakai pakain warna hijau, tentunya akan sulit mencari karena samar dengan lingkungan sekelilingnya. 

Bergembiralah jika bertemu Jalak Gading 

Jalak gading merupakan burung khas Gunung Lawu yang memiliki mitos tersendiri. Konon, siapapun yang saat mendaki berjumpa dengan burung ini, maka itu pertanda yang baik. 

Burung Jalak Gading juga sering memberikan jalan ketika para pendaki tersesat di Lawu. Apabila tidak bertemu hewan ini, keadaannya terdapat dua kemungkinan. 

Bisa jadi kamu akan baik-baik saja dan lancar selama perjalanan mendaki, atau terjadi hal buruk yang bisa menimpamu saat mendaki. 

Menurut mitosnya, burung Jalak Gading hanya datang kepada para pendaki Lawu yang memiliki niat tulus dan tidak ada keinginan untuk merusak atau mengambil apapun dari gunung. 

Apabila datang ke gunung dengan tujuan merusak, seperti ingin memetik bunga Edelweis di puncak, biasanya pendaki akan mendapat kesulitan dan rintangan tertentu. 

BACA JUGA: Asal Usul Gunung Ungaran di Semarang, Pertengkaran Ramayana dan Prabu Dasamuka yang Perkasa

Berbagai mitos di atas memang seperti hal yang tidak masuk akal, tetapi saat mendaki di Lawu sering menjadi kenyataan. 

Untuk menjaga hal-hal dari yang tidak diinginkan, sebaiknya selalu patuhi dan dengar aturan serta larangan dari masyarakat sekitar. Selalu niatkan untuk hal yang baik jika pergi ke Gunung Lawu.*** 

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *