:

Gedung DJoeang 45 Solo, Saksi Bisu Kemerdekaan Indonesia


Gedung Djoeang 45 Solo

RADAR TEGAL – Solo menjadi salah satu kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah yang memiliki ceritanya tersendiri. Salah satunya adalah Gedung Djoeang 45’. 

Saat ini gedung tersebut telah menjadi lokasi wisata baru yang menjadi favorit banyak orang karena bangunannya yang instagramable. 

Anak muda menggandrungi gedung ini karena tampilan bangunan bergaya Eropa yang estetis dan penuh makna historis. 

Berikut 3 fakta terkait Gedung DJoeang 45’ 

Gedung tua penuh cerita 

Berumur ratusan tahun lebih, bangunan ini telah berdiri sejak tahun 1880 yang berfungsi sebagai tempat fasilitas tentara Belanda sampai tahun 1942. 

Dahulunya nama tempat ini adalah Cantienstraat yang bermakna jalan kantin. Namun, akibat dari membludaknya Benteng Vastenburg yang tidak dapat lagi menampung, akhirnya tentara Belanda pindah ke gedung ini sebagai asrama militer. 

Selain menjadi kantin dan asrama militer, gedung ini berfungsi sebagai klinik saat koloni Belanda masih di Indonesia. 

BACA JUGA: Akhir Pekan di Tegal Enaknya Piknik di 5 Tempat Ini!

Tempat yang telah menjadi wisata sejak 2019 ini pernah diambil saat masa kependudukan Jepang. Saat itu gedungnya berganti menjadi Senkokan. 

Terdapat Monumen Laskar Putri Surakarta 

Di dalam wilayah Gedung Djoeang ini terdapat sebuah monumen yang mengabadikan dedikasi para perempuan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. 

Dedikasi para perempuan masa itu yang ikut berperan dalam urusan pangan dan medis di militer. Salah satunya yakni Ibu Tien Soeharto. 

Monumen tersebut juga menjadi penanda bahwa kaum wanita di Solo memberikan kontribusinya dalam serangan 4 hari di tanggal 7-11 Agustus 1945. 

Saat ini Gedoeng Djoeang telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (CBC) Kota Surakarta. Secara tidak langsung, gedung ini menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Coworking Space di Solo, Cocok Buat WFH dan Belajar

Perjalanan panjang Goedoeng Djoeang 

Pada tahun 1942-1945 di masa penjajahan Jepang, gedung ini berfungsi sebagai markas dan barak militer sebelum akhirnya berhasil direbut oleh para pejuang Indonesia. 

Peristiwa tersebut menjadi awal dari terbentuknya Brigif 6 yang mempunyai nama Resimen 26 di saat perang kemerdekaan. 

Selanjutnya pada tahun 1945, gedung ini beralih fungsi menjadi tempat kegiatan kemanusiaan dan akhirnya menjadi panti asuhan untuk anak-anak korban perang.

Di tahun 1945-1949, gedung ini juga menjadi wadah pendidikan yang pernah dipakai oleh SPK, SMPN 3, dan SMPN 5. Selanjutnya tempat ini juga pernah menjadi markas militer Brigade Infanteri 6. 

Hingga pada tahun 1980-2019, gedung ini menjadi Gedung DHC 45 Kota Surakarta yang menjadi penggerak kebudayaan nilai-nilai perjuangan 45. 

DHC 45 menjadi perkumpulan resmi yang pemerintah akui. Anggotanya berisi veteran perang selama kemerdekaan maupun para pensiunan veteran yang tinggal di Surakarta. 

BACA JUGA: Keraton Kerajaan Mataram Islam Pindah Kelima Kali, Geger Pecinan Keraton Pindah Ke Keraton Solo 

Nah, itulah 3 fakta menarik tentang salah satu gedung yang pernah menjadi saksi bisu kemerdekaan Indonesia di Solo. Jangan lupa berkunjung ke sini ya, karena banyak spot keren dan historis.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *