:

Joko Tingkir, Orang Biasa yang Menjadi Penguasa Pajang


Kisah Joko Tingkir
Sosok Joko Tingkir, orang biasa yang menjadi penguasa (Foto: Kabarapik.com)

RADAR TEGAL – Mas Karebet merupakan nama asli dari Joko Tingkir yang merupakan pendiri Kesultanan Pajang dan memerintah di tahun 1568-1582. 

Mas Karebet lahir saat 18 Jumadil Akhir tahun Dal mangsa VII saat subuh. Saat ia lahir, ayahnya bernama Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Pengging sedang menggelar wayar beber dan saat itu ada suara “kemerebet” dari tiupan angin. 

Joko Tingkir sejak usianya 10 tahun telah diangkat sebagai anak oleh Nyai Ageng Tingkir. Ayahnya, Ki Ageng Pengging mendapat hukuman mati karena memberontak kepada Kerajaan Demak. 

Dari sini juga Mas Karebet mendapatkan namanya yang terkenal hingga hari ini, yakni Joko Tingkir. 

BACA JUGA: 5 Fakta Raden Mas Said, Raja Sekaligus Panglima Paling Ditakuti

Senang bertapa 

Karebet merupakan pemuda yang senang bertapa, serta melatih bela diri sekaligus kesaktian. Hal ini membuatnya tumbuh menjadi anak yang tangguh dan tampan. 

 

Guru pertamanya adalah ayah dan kakeknya sendiri, yakni Ki Ageng Pengging dan Muhammad Kebungsuan. Kedua orang tuanya itu berjalur spiritual kepada Syekh Siti Jenar. 

 

Selain dari kakek dari ibu, Karebet juga belajar kepada kakek dari ibu, yakni Sunan Kalijaga. Tidak hanya itu, Joko Tingkir juga berguru kepada Ki Ageng Sela yang terkenal menangkap petir. 

 

Bahkan Tingkir memiliki persaudaraan oleh 3 cucu Ki Ageng Sela, yakni Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi. 

 

Selain kuat dan tampan, Joko Tingkir mata keranjang terhadap perempuan. 

 

Pengabdian di Demak 

Dalam Babad Tanah Jawi terkisah bahwa Joko Tingkir ingin mengabdi pada Kerajaan Demak. Ia berangkat bersama teman seperguruannya, yakni Mas Manca, Mas Wilan, dan Ki wuragil. 

Sesampainya di Demak ia tinggal di rumah Kyai Ganda Pustaka yang merupakan pamannya dan perawat Masjid Demak dengan pangkat lurah ganjur. 

 

Di Demak terdapat sebuah kolam besar dan saat itu Joko Tingkir berdiri di tepiannya. Waktu itu Sultan Trenggana akan lewat sehingga Joko harus minggir. 

 

Kondisi saat itu tidak ada ruang untuk menyingkir, kecuali melompati kolam yang sangat besar. Berkat kekuatan ilmu bela dirinya, Joko berhasil melompati kolam besar tersebut. 

 

Hal ini membuat Sultan Trenggana tertarik dan takjub, sehingga ia menaikkan Joko menjadi kepala prajurit dengan pangkat lurah wira tamtama. 

BACA JUGA: Menelusuri Peninggalan Mataram Kuno, 4 Fakta Unik Candi Asu

Sepak Terjang menjadi Raja Pajang 

Prestasi terbesar dalam karir Joko Tingkir adalah pengangkatan dirinya menjadi Adipati Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia juga menikah dengan putri Sultan Trenggana bernama Ratu Mas Cempaka. 

Setelah Sultan Trenggana wafat di tahun 1546, Sunan Prawoto yang merupakan putra asli seharusnya naik tahta, tetapi terbunuh oleh Arya Penangsang pada tahun 1549. 

Alasan Penangsang membunuh sepupunya karena ayahnya yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawoto. Perang antar saudara ini menggunakan Keris Kyai Setan Kober. 

Tidak hanya itu, Arya Penangsang juga membunuh suami Ratu Kalinyamat, sang Bupati Jepara. Selanjutnya ia juga mengirim utusan untuk membunuh Adipati Pajang. 

Namun, hal itu tidak berhasil karena utusannya mendapatkan jamuan dan perlakuan yang baik. Bahkan Joko Tingkir memberikan hadiah untuk Arya Penangsang. 

Ratu Kalinyamat yang merupakan adik Sunan Prawoto mendesak Sultan Hadiwijaya untuk membunuh Arya Penangsang karena hanya ia yang memiliki kesaktian tersebut. 

Sebenarnya Sultan Hadiwijaya berat untuk melakukan hal tersebut, karena merasa sama-sama anggota Kerajaan Demak dan satu saudara seperguruan Sunan Kudus. 

Akhirnya Hadiwijaya melakukan sayembara terbuka dengan imbalan mendapatkan tanah wilayah mentaok sebagai hadiah apabila bisa membunuh Arya Penangsang. 

Sayembara itu berhasil membuat Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mengikutinya. Dalam perang tersebut, Ki Juru Martani sangat cerdik dalam membuat strategi hingga Sutawijaya (anak Ki Ageng Pemanahan) mampu menewaskan Penangsang. 

Pembunuhan tersebut menggunakan Tombak Kyai Pleret saat Penangsang menyebrangi sungai Bengawan Sore dengan Kuda Jantan Gagak Rimang. 

Setelah kejadian ini, pusat kerajaan pindah ke Pajang dengan Sultan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Kemudian Demak menjadi kadipaten yang pemimpinnya adalah anak Sunan Prawoto. 

Sultan Hadiwijaya juga mengangkat teman-temannya, seperti Mas Manca sebagai Patih Mancanegara, Mas Wila dan Ki Wuragil menjadi menteri dengan pangkat ngabehi. 

BACA JUGA: Keajaiban Legenda Sungai Serayu dari Mitos Hingga Realitas yang Tersebar Luas di Kalangan Masyarakat

Itulah kisah hidup Joko Tingkir, seorang biasa yang berhasil menjadi penguasa Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia wafat saat terjadi perlawanan oleh Sutawijaya.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *