:

Kisah Legenda Prabu Angling Dharma


Kisah Legenda Angling Dharma
Kisah Angling Dharma (Foto: Kompasiana.com)

RADAR TEGAL – Nama Angling Dharma sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, terutama suku Jawa. Nama ini sangat terkenal karena terdapat tayangan sinetronnya di televisi. 

Angling Dharma merupakan tokoh legenda yang sudah terkenal dari zaman Majapahit. Dikisahkan ia merupakan anak yang lahir dari rahim Pramesti putri Jayabaya. 

Jayabaya sendiri adalah putra Gendrayana yang merupakan cucu Yudayana dan cicitnya Parikesit. Apabila menarik sampai pewayangan Mahabharata, silsilahnya berawal dari Abimanyu dan keluarga yang menguasai Kerajaan Malawapati. 

Bagi sebagian masyarakat, terutama di Jawa Timur mempercayai bahwa Angling Dharma adalah tokoh nyata yang pernah hidup di masa lalu. Bahkan di daerah Pati terdapat sebuah makam yang diyakini milik Angling Dharma. 

Kelahiran Angling Dharma 

Saat Yudayana menjadi raja, nama kerajaannya ia ganti menjadi Yawastina dari yang awalnya adalah Hastina. Selanjutnya ia mewariskan kekuasaannya kepada Gendrayana. 

Pada suatu hari Sudarsana dihukum oleh kakaknya, Gendraya. Ia menghkum adiknya karesna sebuah kesalahpahaman. 

Karena itu Batara Narada turun dari langit sebagai utusan dewata dengan tujuan mengadili Gendrayana. Hukumannya adalah membuangnya ke hutan, sedangkan Sudarna sebagai raja baru. 

Gendrayana saat diasingkan membuat kerajaan baru bernama Mamenang, yang penerus selanjutnya adalah Jayabaya. 

Yawastina dan Mamenang memang terlibat perang saudara yang tidak berkesudahan. Hal ini membuat seorang kera putih bernama Hanoman berhasil menyatukan kedua negeri dengan perkawinan Astradama dan pramesti putri Jayabaya. 

BACA JUGA: Panembahan Senopati, sang Pendiri Kesultanan Mataram dan Misteri Wafatnya

Kutukan untuk Yawastina 

Di suatu malam Pramesti bermimpi bertemu dengan Batara Wisnu yang menyampaikan wahyu bahwa akan lahir ke dunia lewat rahimnya. Ketika ia bangun, maka langsung mendapati kondisinya hamil. 

Pasangannya bernama Astradama marah dan menuduh Pramesti berselingkuh serta langsung mengusirnya ke Kemenag. 

Jayabaya yang melihat Pramesti terlunta-lunta, membuatnya sangat marah dan mulutnya tidak berhenti mengutuk. 

Ia mengutuk bahwa Astradama akan tewas sekaligus dengan lenyapnya kerajaan miliknya. Singkat cerita, Pramesti melahirkan seorang putra bernama Angling Dharma. 

Dituduh istri gurunya 

Angling Dharma telah menikah dengan Setyawati dan memiliki maha patih bernama Batik Madrim di Kerajaan Malawapati. 

Ketika sedang berburu di suatu hari, Angling Dharma melihat gurunya (Nagagini) melakukan perselingkuhan dengan ular yang tampan. 

Saat mengetahui hal itu, Angling Dharma langsung membunuh ularnya dan membiarkan Nagagini pulang dengan selamat. 

Nagagini kemudian menceritakan kepada suaminya dan membuat laporan palsu agar suaminya melampiaskan dendamnya. 

Nagaraja akhirnya memutuskan untuk masuk ke istana dan menyusup. Saat itu ia mendengar percakapan tentang istrinya yang selingkuh. 

Hal itu menyadarkannya bahwa istrinya yang salah dan ia segera meminta maaf kepada Angling Dharma. 

Selanjutnya Angling juga mendapatkan sebuah ilmu yang kesaktian yang merupakan bimbingan dari Nagaraja. 

BACA JUGA: Menikmati Keeksotisan Kota Tua di Tegal Sambil Menjelajah Bangunan Bersejarah

Mengikuti istrinya untuk mati

Setelah mewariskan seluruh ilmunya, Angling Dharma memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan. 

Pada suatu ketika sedang bersama permaisurinya, Angling mendengar percakapan cicak yang  membuatnya tertawa. Hal ini membuat Setyawati tersinggung. 

Karena telah berjanji merahasiakan dari siapapun, akhirnya membuat permaisurinya semakin marah hingga ia memilih Pati Obong untuk bunuh diri dalam api agar harga dirinya kembali. 

Daripada membocorkan ilmu rahasianya, Angling Dharma memilih untuk menemani Setyawati mati. Namun, ketika upacara pembakaran diri terhebat, ia mendengar percakapan sepasang kambing. 

Hal itu membuat AD sadar bahwa keputusannya untuk mati bersama Setyowati terlalu emosional dan merugikan rakyatnya. Maka ketika Setyawati lompat ke dalam kobaran api, ADA tidak mengikutinya. 

 

Hukuman untuk Angling Dharma

Janji untuk sehidup semati dengan istrinya Setyawati yang tidak terlaksana membuat AD harus menerima hukuman buang sampai waktu yang telah ditentukan agar dosanya tertebus. 

Hal ini membuat Kerajaan Malawapati ia titipkan kepada Batik Madrim, sang maha patihnya. 

Saat dalam perjalanan pengasingan diri, AD bertemu dengan tiga perempuan bernama Widata, Widati, dan Widaningsih. Ketiganya menyukai Angling Dharma. 

Namun, ADA curiga karena ketiga putri tersebut senang berkeliaran di malam hari secara diam-diam. Akhirnya ia memutuskan untuk berubah menjadi burung jalak agar mengetahui rahasia kegiatan ketiga putri tersebut. 

Akhirnya terungkap bahwa ketiga orang tersebut suka menyantap daging manusia setiap malam. AD sempat berselisih dengan mereka bertiga hingga membuat AD harus terkutuk menjadi belibis putih. 

BACA JUGA: Terungkap, Ternyata Mitos Pantai Selatan Cuma Larangan Biasa: Jangan Terlalu Panik tapi Tetap Waspada 

Setelahnya Angling Dharma dalam kisahnya kembali ke kerajaannya setelah menjalani masa hukumannya. Ia juga menikah dengan dengan Ambarawati yang kelak melahirkan Anglingkusuma.*** 

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *