RADAR TEGAL – Sosok Warok Suromenggolo adalah tokoh sakti yang terdapat dalam legenda masyarakat Ponorogo, Jawa Timur. Dari kisah inilah lahir hal yang menjadi ciri khas Ponorogo, yaitu reognya.
Sebenarnya cerita tentang sosok Warok Suromenggolo terdapat beberapa versi. Namun, pada intinya kisah ini berinti tentang kesaktian sang warok dan berbagai intrik politik yang panas.
Berikut cerita tentang Warok Suromenggolo yang heroik.
BACA JUGA: Jalan-Jalan Ke 4 Bangunan Bersejarah di Kota Tegal Ini Yuk!
Kisah hidupnya secara singkat
Masa hidup sang Warok terprediksi pada saat awal mula Kerajaan Majapahit. Kisahnya, ia mempunyai sebuah kolor sakti yang dapat membunuh lawannya.
Tidak hanya itu, sang Warok juga memiliki pusaka lain yakni Ruyung Bang. Berkebalikan dengan kolor saktinya, pusaka yang ini mampu menghidupkan orang yang telah mati.
Warok Suromenggolo bukanlah nama aslinya, melainkan Suryolono yang merupakan putra dari Ki Ageng Kutu sang penguasa Wengker (Ponorogo).
Selama ayahnya memerintah, putranya mengemban tugas untuk memimpin bagian timur Wengker. Saat ini Wengker adalah wilayah Ponorogo.
Setelah ayahnya wafat, Suryolono naik jabatan menjadi Demang Kertosari sekaligus pengawal pribadi Raden Bathara Katong saat menjabat menjadi adipati.
Hidup di masa yang banyak kerusuhan
Pada zaman dahulu di Kadipaten Trenggalek sering terjadi kerusuhan dan suasana yang tidak tentram akibat maraknya pencurian, perampokan, dan keonaran di mana-mana.
Adipati Trenggalek berusaha mengatasi masalah tersebut dengan meminta tolong kepada Ki Secodarmo atau Warok Gunaseco. Sang adipati berharap agar para pembuat onar dapat ditumpas dan Trenggalek menjadi aman.
Karena berhasil, Adipati Trenggalek memberikan hadiah kepada Ki Secodarmo dan kerabat muridnya. Bahkan, putrinya yang bernama Roro Suminten disandingkan dengan putra adipati bernama Raden Subroto.
Namun, Raden Subroto memutuskan untuk kabur dan menghilang secara diam-diam karena ia menolak untuk kawin dengan Roro Suminten.
Hal ini membuat Ki Secodarmo dan keluarganya sangat terpukul karena telah menyiapkan pesta perkawinan. Roro Suminten juga jadi gila karena insiden ini.
Dalam perjalanan pengembaraannya, Raden Subroto bertemu dengan Roro Wariani yang merupakan anak Warok Suromenggolo dari Desa Ngampal. Mereka berdua kemudian jatuh cinta.
Ki Suromenggolo sebagai ayah dengan senang hati menerima lamaran dari Raden Subroto, dan menyandingkan mereka sebagai pasangan suami dan istri.
Untuk merayakan perkawinan anaknya, kedua pengantin Subroto dan Wariani pergi ke kadipaten Trenggalek. Dalam acara tersebut Roro Suminten yang telah gila datang dan menari kegirangan.
BACA JUGA: Jalan-Jalan Ke 4 Bangunan Bersejarah di Kota Tegal Ini Yuk!
Dari pesta menjadi pertarungan
Semua orang menyaksikannya, tetapi tidak ada yang menyadarinya sebagai Roro Suminten. Kerabat sekaligus adik seperguruan Secodarmo bernama Warok Singo Kobra merasa sakit hati melihatnya.
Ia mencoba membunuh pengantin wanita dengan menusuk menggunakan keris saktinya. Hal ini ia lakukan karena menganggap Wariani sebagai penyebab kegagalan perkawinan dan gilanya Suminten.
Setelah membunuh putri Ki Suromenggolo, Warok Singo menghilang. Hal ini membuat pesta menjadi ramai karena melihat pengantin wanita tak terkapar dengan darah yang bercucuran.
Kesaktian ayahnya mampu menyembuhkan Wariani dengan bantuan pusaka Ruyung Bang pemberian Batara Katong.
Karena tidak terima putrinya disakiti, Ki Suromenggolo mencari Singo Kobra untuk membalas dendam. Ketika bertemu terbongkarlah akar permasalahannya.
Meskipun begitu, pertarungan tetap terjadi di antara mereka hingga menyebabkan Ki Secodarmo tewas. Singo Kobra yang melihat kakaknya mati menantang untuk belah pati dan ia juga tewas karena pusakanya sendiri.
Akhirnya Warok Suromenggolo berbesar hati menyembuhkan Roro Suminten dan meminta Raden Subroto untuk menikahinya sebagai istri kedua.
Itulah kisah dari Warok Suromenggolo yang merupakan tokoh sakti dan berjiwa besar. Kelak kisah ini juga yang menginspirasi legenda kesenian reog Ponorogo yang mendunia.***