RADAR TEGAL – Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan di Pulau Jawa yang bercorak Hindu-Budha. Awalnya kerajaan ini berada di Jawa Tengah, lalu selanjutnya di abad ke-8 pindah ke wilayah Jawa Timur.
Wilayah mataram kuno diperkirakan adalah Yogyakarta yang dahulunya memiliki nama Bhumi Mataram. Kerajaan ini berkuasa sangat lama dari tahun 732 masehi hingga 1007 masehi.
Selama tiga abad berkuasa, sejarah mencatat terdapat tiga dinasti yang memerintah yakni Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana. Karena lamanya masa berkuasa, tidak heran apabila Mataram Kuno memiliki banyak peninggalan.
Berbagai peninggalan Mataram Kuno yang terkenal seperti Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan masih banyak candi lainnya.
Dalam artikel ini akan mengulas tentang Candi Asu, peninggalan era Mataram Kuno.
BACA JUGA: 5 Fakta Raden Mas Said, Raja Sekaligus Panglima Paling Ditakuti
Lokasi Candi Asu
Candi Asu adalah peninggalan budaya Hindu yang berada di Desa Sengi, Kecamatan dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Peninggalan bersejarah ini menurut sejarah berasal dari Dinasti Sanjaya.
Lokasi candi ini juga berada 25 meter sebelah timur laut dari candi Borobudur. Waktu pembangunan candi ini terjadi pada abad ke-9 masehi saat masa pemerintah Raja Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi.
Rakai Kayuwangi merupakan Raja Medang yang kedelapan dan memerintah pada tahun 855-885 masehi. Berbagai prasasti yang memuat namanya seperti Prasasti Kwak I, Prasasti Ramwi, dan lain-lain.
Alasan pembuatan candi
Pendirian Candi Asu tercatat dalam beberapa prasasti, yakni di Prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I dan Kurambitan II. Ketiga prasasti itu menyebutkan keberadaan Dharmma di Salingsingan.
Dari berbagai prasasti itu juga para ahli dapat membuat kesimpulan bahwa Candi Asu dibangun pada masa Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Candi Asu dimanfaatkan sebagai tempat ibadah menurut agama Hindu pada masa tersebut.
BACA JUGA: Ternyata Begini Kisah Awal Kesultanan Mataram Islam Berdiri, SImak 4 Faktanya
Asal Mula Penamaan Candi yang ‘aneh”
Asu dalam bahasa Jawa bermakna anjing yang penggunaannya sering dalam konotasi kasar atau sebagai makian. Kata Asu juga memiliki makna yang buruk.
Hal ini yang membuat penamaan Candi Asu terdengar cukup aneh dan tidak wajar. Namun, ternyata penamaan peninggalan Kerajaan Medang ini bermula pada saat pertama kali warga menemukan.
Penduduk setempat saat menemukan candi ini pertama kali menamakannya sebagai Candi Asu karena terdapat arca Lembu Nandhi di sekitar candi.
Arca Lembu Nandhi yang sebagiannya sudah rusak itu menyerupai dengan anjing, sehingga oleh penduduk sekitar dinamakan Candi Asu dalam bahasa Jawa.
Sebetulnya asal-mula penamaan candi ini juga tidak ada yang mengetahui sumber pertamanya.
Selain itu, terdapat beberapa pendapat yang mengutarakan bahwa namanya adalah Candi Aso, yang berasal dari kata ngaso, yakni istirahat.
Hal itu mendasar pada letak candi yang berada di tengah ladang dan sering dimanfaatkan penduduk sekitar untuk beristirahat ketika berladang.
Arsitektur Candi Asu
Candi yang berada di Desa Sengi ini menghadap ke bagian barat dengan bentuk denah bujur sangkar. Sisinya berukuran 7.94 meter dengan tinggi kaki candi 2,5 meter, dan tinggi tubuhnya 3,35 meter.
Tinggi pada bagian atapnya tidak terdapat keterangan akibat sebagian batunya telah runtuh. Candi Asu Sengi termasuk kategori candi kecil.
Pada dinding candinya terdapat relief untaian mutiara. Terdapat juga relief motif sulur pada bagian kaki candi. Namun, tidak ada yang mengetahui pasti makna dari berbagai relief tersebut.
Candi Asu menjadi penambah bukti kekayaan nusantara yang sangat indah. Bangunannya yang unik dan ukiran relief yang indah menunjukkan bahwa ratusan abad lalu peradaban manusia sudah maju.
Apabila kamu ingin berkunjung ke candi ini, gunakan pakaian yang sopan dan sebaiknya menjaga sikap serta ucapan. Jangan lupa juga untuk menaati aturan di sekitarnya.***