RADAR TEGAL – Kesultanan Mataram Islam menjadi salah satu kerajaan yang terbesar kekuasaannya di Jawa. Sebelum adanya Mataram Islam, terdapat Mataram Kuno yang bercorak Hindu dan Budha.
Awalnya daerah Mataram adalah bagian dari Kesultanan Pajang dengan melanjutkan garis keturunan Kerajaan Demak. Hingga pada akhir abad ke 16, di bawah kepemimpinan Sutawijaya atau Panembahan Senopati, ia berhasil bekerja sama dengan wilayah lain untuk melawan Kesultanan Pajang.
Berikut 4 fakta kisah awal Mataram Islam.
BACA JUGA: 5 Fakta Raden Mas Said, Raja Sekaligus Panglima Paling Ditakuti
Sejarah Mataram Islam
Kesultanan Mataram Islam bermula di sebuah tanah perdikan yang dahulu disebut sebagai daerah Mentaok. Wilayah tersebut adalah kawasan hutan pedalaman.
Mentaok merupakan wilayah pemberian Kesultanan Pajang, yakni oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan. Sekarang Mentaok terkenal sebagai Yogyakarta.
Sultan Hadiwijaya memberikan wilayah kekuasaan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai bentuk hadiah karena telah membantunya dalam memadamkan pemberontakan Arya Penangsang dari Kerajaan Jipang.
Menurut buku Sejarah Indonesia Modern (2005), terjadinya perlawanan di Pajang merupakan pemberontakan yang dipimpin oleh Panembahan Senopati yang tidak lain adalah anak Ki Ageng Pemanahan.
Terjadinya pemberontakan di Pajang sekitar tahun 1586-1587 saat kepemimpinan Pangeran Benowo (Sultan Prabuwijaya). Panembahan Senapati gencar melawan Kesultanan Pajang sejak tahun 1578.
Gaya Kepemimpinan Panembahan Senopati
Sikapnya yang ambisius membuat Panembahan Senopati memperluas wilayah Mataram Islam dengan masif, terutama pada wilayah sepanjang Bengawan Solo sampai ke Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Bahkan pencapaiannya tercatat di tahun 1590 terdapat beberapa wilayah yang berturut-turut menjadi bagian dari Mataram Islam. Contohnya wilayah Jipang (Solo), Madiun, Kediri, Ponorogo, Magetan, dan Pasuruan.
Pada Jawa Barat, kerajaan Cirebon dan Kerajaan Galuh juga menjadi bagian dari Mataram Islam sejak tahun 1597.
Panembahan Senopati juga ingin menguasai Banden di tahun 1597, tetapi ia gagal karena kekurangan alat transportasi air.
BACA JUGA: Kisah Pangeran Benowo, Putra Raja yang Lebih Memilih Menyiarkan Islam
Lokasi Mataram Islam
Kesultanan Mataram Islam di Mentaok berdiri pada tahun 1584. Awalnya kerajaan ini tidak diakui oleh kerajaan Pajang, hingga akhirnya di tahun 1587 Kerajaan Pajang mulai runtuh.
Selanjutnya Panembahan Senopati memberikan jabatannya sendiri dengan gelas Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama (1678-16601)
Lokasi Mentaok merupakan wilayah Yogyakarta saat ini dengan pusat pemerintahan di Kotagede atau Kutagede.
Pencapaian Panembahan Senapati untuk melepaskan diri dari cengkraman Kesultanan Pajang menjadi langkah yang penting bagi raja selanjutnya dalam mencapai kejayaan.
Aspek lain yang membuat Mataram Islam Berdiri
Selain melakukan pemberontakan kepada Kesultanan Pajang, sebenarnya Raja ketiga Kesultanan Pajang memberikan wilayahnya untuk Panembahan Senopati.
Dalam sejarah, setelah tiga tahun memimpin kekuasaan di Alas Mentaok, Panembahan Senopati mulai melakukan pemberontakan ke Kesultanan Pajang. Saat itu di Pajang yang memimpin adalah Arya Pangiri, menantu dari Sultan Hadiwijaya.
Pangeran Benowo yang merupakan putra Sultan Hadiwijaya sempat mengalah karena ia tidak haus dengan kuasa. Namun, karena melihat Arya Pangiri yang tidak adil dalam memerintah, ia meminta bantuan Panembahan Senopati untuk melengserkan kakak iparnya.
Setelah berhasil menurunkan Arya Pangiri, Pangeran Benowo sempat memimpin hanya dalam setahun dan setelah itu memberikan wilayah Pajang kepada Panembahan Senopati.
Dari sana wilayah Pajang menjadi bagian dari Mataram Islam. Hal ini juga sekaligus menjadi penanda Panembahan Senopati menjadi raja pertama di Kesultanan Mataram Islam.
Berdirinya Kesultanan Mataram Islam memberikan banyak sumbangsih bagi sejarah dan perkembangan budaya di Indonesia. Mataram Islam menjadi bukti kemampuannya bertahan hingga saat ini meski telah berpecah dua menjadi Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kesultanan Yogyakarta.***