RADAR TEGAL – Sebanyak 41.419 keluarga di Kabupaten Brebes beresiko stunting. Jumlah tersebut berdasarkan data pemutahiran oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) Brebes pada 2022 lalu.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Penyuluhan dan Pergerakan (Dalduk PP) Kambali mengatakan, bahwa keluarga beresiko stunting itu adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko. Keluarga semacam ini memungkinkan melahirkan anak stunting, atau melahirkan anak normal, namun dalam pertumbuhan dan perkembangannya beresiko stunting.
“Dari data pemutahiran pada 2022 lalu, total ada 41.419 keluarga di Brebes yang beresiko stunting,” ujarnya, Senin 16 Januari 2023.
Khambali mengatakan, pengertian stunting yakni, kondisi gagal tumbuh dan gagal kembang. Disebabkan oleh kekurangan asupan gizi yang kronis dan terkena penyakit infeksi yang berulang-ulang. Yaitu dengan tanda panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Sesuai standar menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Lebih jauh, data keluarga yang beresiko stunting yang ada pada kami misalnya data keluarga yang tidak memiliki jamban yang layak. Terus keluarga yang tidak memiliki sumber air minum utama yang layak, dan Keluarga beresiko stunting karena 4T. Yakni, hamil terlalu muda, hamil terlalu tua, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan atau jumlah anak yang terlalu banyak (lebih dari dua anak).
Sejumlah Upaya Dilakukan Dinas Dalam Penurunan Keluarga Beresiko Stunting
Dia menambahkan, berbagai upaya telah dilaksanakan dalam menekan jumlah angka stunting di Brebes. Menurutnya, sesuai Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting itu ada lima kelompok sasaran dalam percepatan penurunan stunting.
“Yaitu remaja/calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, bayi dua tahun (Baduta) dan bayi lima tahun (Balita),” ujarnya.
Sesuai survei oleh Study Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 lalu, kata dia, prevalensi stunting di Brebes sebesar 26,3 persen. Menurut survei tersebut, jika berdasarkan kelompok umur, balita yang memiliki umur lebih dari 2-3 tahun, 3-4 tahun dan 4-5 tahun adalah kelompok paling banyak terkena stunting.
“Sementara untuk Baduta sendiri mulai dari kelompok 0-5 bulan, 6-11 bulan, kelompok Baduta 12 sampai 23 bulan itu kelompok umur yang paling sedikit jumlah kasus stuntingnya,” pungkasnya.(*)