:

Kisah Legenda Gunung Slamet, Bisa Ambil Bintang Dari Puncaknya


Kisah legenda Gunung Slamet
Kisah Legenda Gunung Slamet (Foto: satujam.com)

RADAR TEGAL – Gunung Slamet menjadi salah satu gunung berapi tertinggi di Jawa Tengah. Gunung yang memiliki ketinggian 3.422 mdpl ini tertelak di lima kabupaten sekaligus. 

Salah satu daya tarik gunung ini adalah kisah misteri dan mitosnya yang sering menjadi buah bibir. Bagi para petualang, berbagai misteri menyeramkan merupakan hal yang seru untuk dicari tahu kebenarannya. 

Bukan hanya sekadar menjadi pembicaraan, banyak para pendaki yang menuturkan kisah-kisah seram semasa mendaki Gunung Slamet. 

Salah satunya terdapat legenda Gunung Slamet yang hingga hari ini turun-temurun menjadi pengantar dongeng bagi masyarakat Jawa. 

BACA JUGA: Ada Makhluk Kerdil Misterius, Iniloh 3 Mitos Gunung Slamet

Legenda Gunung Slamet 

Gunung Slamet tingginya pernah mencapai langit 

Zaman dahulu kala Gunung Slamet merupakam gunung yang sangat tinggi. Saking tingginya, puncak gunung ini mampu mencapai langit. 

Orang-orang saat itu mendengar desas-desus bahwa dari puncaknnya bisa mengambil bintang di langit yang tinggi. Namun, tidak pernah ada satu orang pun yang berani mendaki ke sana. 

Mereka takut para dewa di langit akan marah jika ada yang berani mengambil bintang. Keindahan bintang-bintang di langit ternyata juga menarik perhatian para kera. 

Karena tidak ada manusia yang berani untuk mendaki hingga puncak, akhirnya beberapa kera memutuskan untuk pergi ke puncak gunung demi mengambil bintang. 

 

Keberhasilan para kera dan kutukan dari dewa

Rombongan kera yang menuju puncak dipimpin oleh seorang raja. Mereka berhasil mencapai tujuan dan mengambil beberapa bintang di langit. 

Akibat perbuatan para kera, langit menjadi gelap saat malam hari. Hal ini membuat banyak manusia sedih dan dewa menjadi sangat marah dengan para kera. 

Pimpinan para dewa yang bernama Batara Guru melakukan pertemuan. Ia mengundang Batara Narada, Batara Brama, Batara Bayu, dan lainnya. 

Mereka berkumpul untuk berdiskusi terkait menyikapi kelakuan para kera yang serakah. Batara Narada mengusulkan ide tentang cara mebghentikan para kera tersebut. 

BACA JUGA: Jangan Sembarangan Saat Mendaki Ke Gunung Arjuno! Banyak Tempat Keramatnya

Akhirnya para dewa meminta bantuan seorang sakti bernama KI Semar. Sebetulnya, ia juga salah satu dewa, tetapi tempat tinggalnya bukan di surga. Bahkan Semar juga berusia lebih tua dari Batara Guru. 

Ki Semar tinggal di bumi dengan anak-anaknya, yakni Gareng, Petruk, dan Bagong. 

Karena kesaktiannya, Ki Semar mampu memotong puncak Gunung Slamet dengan sangat mudah. Namun, ia juga ingin memberikan sebuah pelajaran kepada para kera yang nakal. 

Menurutnya, para kera yang telah mencuri bintang di langit harus menerima hukuman sesuai dengan perbuatan mereka. 

Selanjutnya Ki Semar bersama anak-anaknya menyusun rencana dengan menjebak para kera. Gareng mengajak rombongan kera untuk turun dengan memberi mereka pisang. 

 

Setelah kera-kera turun dan meninggalkan puncak gunung, Ki Semar langsung membelah puncak gunung. Sebagiannya ia lempar ke Cirebon. 

 

Lemparan puncak gunung menjelma gunung baru 

Setelah Ki Semar memotong puncak gunung, ia melemparkannya ke Cirebon. Hal ini membuat Gunung Ceremai lahir diikuti oleh gunung-gunung kecil lainnya, seperti Gunung Clirit dan Gunung Tapak. 

 

Setelah seluruh rombongan kera meninggalkan gunung dengan ajakan Gareng. Petruk sudah menyiapkan air panas dan berencana untuk menyiram para kera dengan air tersebut. 

 

Meskipun Petruk telah menunggu lama, para kera tidak pernah mendatanginya. Ia juga tidak tahu bahwa Gareng saat bersama para kera bertemu dengan seekor naga raksasa. 

 

Para kera bertengkar hebat dengan naga raksasa tersebut. Pertengakarannya sangat hebat, hingga mereka berdua mati. 

 

Berhubungan dengan wisata air panas Guci 

Petruk yang telah menunggu sangat lama kehadiran para kera akhirnya lelah sendiri. Ia meninggalkan tempatnya tersebut, termasuk air panas yang ia bawa. 

 

Selanjutnya orang-orang menyebut tempat Petruk meninggalkan air panasnya dengan sebutan Guci. Hingga hari ini, Guci menjadi salah satu wisata paling populer di Tegal. 

 

Lokasinya hanya 50 kilometer dari kota Tegal, Jawa Tengah. Kerennya lagi, wisata Guci memang terkenal dengan pemandian air panasnya. 

BACA JUGA: Mitos Gunung Slamet Meletus Bikin Warga Merinding, Antara Ramalan dan Patahan Purba
Legenda di atas menjadi asal-usul banyak hal di Jawa Tengah, bukan hanya Gunung Slamet. Jangan lupa untuk selalu menjaga sikap saat berkunjung ke gunung ini yaa.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *