RADAR TEGAL – Ada beberapa peninggalan Belanda di Slawi. Di masa pemerintahan Belanda, Tegal adalah salah satu daerah yang ramai. Karena letaknya di pesisir utara, daerah ini pun menjadi pelabuhan dan jalur pusat perdagangan di Nusantara.
Di Slawi, selain pendatang dari Eropa, ada juga pendatang daerah lainnya yaitu pedagang Arab dan masyarakat etnis Tionghoa. Peninggalan Belanda di Slawi menurut sejarahnya bermula pada tahun 1840-an, tahun di mana Belanda menjadikan sebagian besar tanah Jawa menjadi ladang tebu.
Peninggalan Belanda di Slawi berupa bangunan-bangunan yang masih berdiri hingga sekarang. Beberapa dari bangunan ini sudah beralih fungsi, sebagian ada yang terbengkalai, dan sebagian lagi masih beroperasi sesuai tujuan awalnya.
Berikut ini adalah 3 peninggalan Belanda di Slawi yang jejaknya masih bisa ditemukan hingga sekarang.
BACA JUGA: Dari Ksatria Ke-25, Begini Asal Usul Nama dan Sejarah Slawi
1. Pabrik Gula Dukuhwringin
Nama lain dari pabrik gula ini adalah Suikerfabriek Doekoewringin. Bangunan ini berdiri pada tahun 1842 oleh Colonel Theodore Lucassen. Pabrik ini adalah satu dari delapan pabrik gula yang dibangun di Tegal.
Pada masa itu, wilayah tanah Tegal menjadi sistem kontra gula. Lucassen juga mendirikan rumah-rumah di sekitar pabrik untuk pegawai dan karyawan. Sisa bangunan rumah-rumah ini juga masih bisa terlihat sekarang.
Stasiun Dukuhwringin juga berdiri di sekitar kompleks pabrik, dengan tujuan pengangkutan dan distribusi gula. Tetapi, sekarang stasiun ini sudah tidak aktif, dan sisa keberadaannya pun sampai saat ini masih misteri.
Sekarang, bangunan peninggalan Belanda ini sudah menjadi markas militer Brigif 4 Dewi Ratna Slawi.
2. Pabrik Gula Kemanglen
Pabrik gula ini berdiri di masa yang sama dengan Pabrik Gula Dukuhwringin. Lucassen juga yang berjasa mendirikannya. Pabrik Gula Kemanglen berdiri sebelum PG Dukuhwringin.
Lokasi di sekitar pabrik ini terdapat Pasar Ketapan atau Pasar Lawas. Sekarang, pasar ini sudah menjadi komplek Ruko Slawi. Daerah ini berdekatan juga dengan stasiun Slawi yang beroperasi sejak 1885.
Pabrik-pabrik gula tersebut mulai berhenti beroperasi sejak datangnya Jepang di tahun 1942. Bangunan PG Kemanglen sendiri sudah habis karena Jepang membumihanguskan gedung itu, sedangkan rumah-rumah pegawai menjadi kamp tentara.
Sekarang, bangunan ini sudah nyaris tidak bisa terlihat sisanya. Ada yang menyebutkan bahwa salah satu bagian dari gedung SMA Negeri 1 Slawi merupakan bekas pabrik ini.
BACA JUGA: Menilik Sejarah dari Waterleiding, Landmark Menara Air di Tegal
3. Stasiun Slawi
Bangunan ini adalah salah satu peninggalan Belanda di Slawi yang masih beroperasi sesuai fungsinya hingga sekarang. Stasiun yang menyandang status kelas dua ini berada di Pakembaran, Slawi, Kabupaten tegal.
Sama seperti kebanyakan stasiun-stasiun lainnya di Jawa, Stasiun Slawi dibangun dan beroperasi di bawah perusahaan kereta api swasta, Javanesche Spoorweg Maatschappij (JSM).
Awal operasinya pada 1885, stasiun ini fokus untuk mengangkut hasil produksi barang, khususnya dari pabrik gula. Awal mula pembangunannya memang untuk mendistribusikan gula dari PG Kemanglen dan PG Dukuhwringin. Ini berlangsung sampai kependudukan Jepang.
Sekarang, stasiun ini sudah mengalami nasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Stasiun ini beroperasi di bawah KAI yang melayani jalur dua kereta, yaitu Joglosemarkerto dan Kamandaka.
Itulah 3 bangunan peninggalan Belanda di Slawi yang sisa-sisa keberadaannya masih bisa terlihat hingga sekarang. Tiga peninggalan ini menjadi saksi sejarah atas kependudukan kolonial Belanda di Indonesia.***