RADAR TEGAL – Banyak orang mempertanyakan mayoritas marbot masjid tidak hidup dalam gelimpangan harta. Padahal, Islam hadir untuk mengubah hidup seseorang. Lalu, apa yang harus diubah?
Pendiri Pusat Kajian Quantum Akhyar Institute, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menegaskan, ada kesalahan mindset (cara pandang) dalam hal tersebut. Seseorang sering berpikir perubahan selalu berkaitan dengan penampilan materi. Padahal, kata UAH, Islam datang untuk mempercepat dan memberikan keberkahan dalam mencapai tujuan hidup.
Tujuan Islam Datang
Islam tidak datang untuk mencapai tujuan material. Memahami ini harus, agar manusia tidak memahami kesuksesan hanya dalam kepemilikan materi.
“Islam itu datang bukan untuk materi, tapi mempercepat dan memberikan keberkahan pada tujuan berkehidupan,” kata UAH dalam acara Hijabfest Indonesia, kutipan Kamis 9 Maret 2023. UAH memaparkan bahwa terdapat empat opsi dalam hidup, yaitu posisi, kekayaan, pengetahuan, dan tenaga. Setiap opsi memiliki aturannya sendiri. Jika ingin mencapai posisi atau jabatan, kita perlu mengejarnya hingga mencapai tingkat yang paling tinggi.
BACA JUGA: 10 Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan
“Nanti ada babnya, ada fiqihnya, namanya kitabul imarah, namanya kitab 33 di Shahih Muslim. Ada 54 topik. Topik ke-33 nya adalah tentang tata kelola negara,” ujar UAH.
UAH mengatakan, jika ingin menjadi orang kaya, maka tidak boleh tanggung. Upayakan sampai bisa mencapai tingkat paling tinggi. Begitu pun juga ingin menjadi seorang ilmuwan, maka fokus untuk menjadi pakar di suatu bidang keilmuan.
Seluruh sahabat telah mencapai tingkatan yang sama. Terdapat sahabat yang berhasil di bidang kekayaan, kedudukan, pengetahuan, dan tenaga. Di bidang kekayaan, terdapat sahabat bernama Utsman bin Affan. Sedangkan di bidang kedudukan, terdapat Umar bin Khattab. Di bidang pengetahuan, terdapat Ali bin Thalib, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan yang disebutkan sebelumnya, Amr Bin as Umar Bin Khattab, dan lain-lain.
“Maka, Bilal melihat dari empat ini tinggal satu, tenaga. Maka, beliau dedikasikan hidupnya untuk mencari rida Allah yang mengubah hidupnya dengan tenaga, maka yang dipakai azan,” ucap UAH.
Bilal Bin Rabah
Bilal bukanlah seorang birokrat dan tidak memiliki kekayaan yang melimpah. Akan tetapi, suara sendal Bilal telah terdengar oleh Rasulullah pada masa hidupnya. Mengetahui hal tersebut, Bilal tidak lagi mengejar kekayaan dan posisi. Ia memfokuskan diri menjadi marbot masjid.
“Itu fiqihnya, maka dari sini muncul fiqih Marbot. Jadi, kalau Anda ingin jadi marbot untuk mencari dunia, Anda salah tempat. Anda harusnya datang ke hijabfest, lihat orang jualan, pelajari itu, besoknya jualan jilbab,” ungkap UAH.
BACA: Hukum Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat
Maka itu, kata UAH, mengukur kesuksesan seorang marbot tidak dari kekayaan materi. Tetapi, keberkahan hidup. Kalaupun marbot hidup miskin, tapi mereka memiliki pekerjaan mulia karena menjaga rumah Allah di muka bumi, yakni masjid.
“Marbot itu pilihan, fikih sanadnya ke Bilal. Untuk menjadi marbot, menghadirkan perubahan dalam Islam tinjauannya tidak selalu materi, kalau sudah pilih itu, maka jaga, konsisten sampai ‘pulang’,” ungkap UAH. Sekian informasi tentang Kenapa Marbot Masjid Tidak Kaya. Semoga bermanfaat.***
Berikut Video Lengkapnya di Channel Youtube (C.Y. Adi Hidayat)