RADAR TEGAL – Hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari banyak dirayakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Namun, tidak banyak yang mengetahui legenda dan sejarah hari yang terkenal dengan sebutan hari kasih sayang itu.
Biasanya masyarakat akan merayakan Valentine dengan berbagi ucapan, hadiah dan lainnya. Tentunya, hal itu sesuai dengan sebutan sebagai hari kasih sayang yang memang cukup pas untuk saling berbagi.
Terlepas dari pro dan kontranya, ada beberapa versi sejarah hari Valentine yang mungkin bisa anda baca untuk menambah pengetahuan. Nah, berikut ini kami sajikan beberapa versi sejarah dan legenda yang kami kutip dari indihome.co.id.
1. Versi St. Valentine dan Claudius II
Versi ini menyebutkan sejarah hari kasih sayang itu tidak lepas dari tokoh bernama St. Valentine dan Claudius II. Tokoh Valentine merupakan seorang pendeta, sementara Claudius adalah seorang kaisar yang berkuasa saat itu.
Konon, Kaisar Claudius membuat kebijakan melarang segala bentuk pertunangan dan pernikahan. Alasannya, komitmen yang terucap dalam upacara sakral itu mengakibatkan para prajurit enggan untuk maju perang.
Mengetahui hal itu, St. Valentine menolak kebijakan itu. Secara diam-diam, dia menikahkan sejumlah pasangan tanpa sepengetahuan Kaisar Claudius.
Namun, lambat laun hal itu tercium juga oleh sang kaisar. Hingga akhirnya, dia menangkap dan memancung pendeta Valentine pada 14 Februari 278 Masehi.
Versi lain menyebutkan, sebelum pendeta Valentine menjalani eksekusi, dia sempat meninggalkan catatan untuk temannya yang merupakan penjaga penjara.
Dia menuliskan dalam catatan itu kalimat ‘From Your Valentine’ yang saat ini banyak tertulis di dalam kartu ucapan. Karena jasanya itu, dia memperoleh gelar orang suci dengan sebutan Santo Valentine dan kisahnya pun masih banyak yang mengenang hingga saat ini.
Baca Juga: GRATIS! 20 Link Twibbon Valentine Days 2023, Romantis dan Menarik
2. Versi Festival Lupercalia
Versi selanjutnya yakni Festival Lupercalia. Menurut versi itu, sejarah Valentine erat dengan tradisi Romawi Kuno itu, seperti yang tertulis dalam The Journal of Roman Studies karya J.A North.
Festival itu bentuk penghormatan pada dewa kesuburan di zaman pra Romawi. Masyarakat kala itu, merayakan tradisi tersebut setiap 15 Februari.
Dalam tulisannya itu, J. A North juga menyebutkan festival ini bagian dari tradisi nenek moyang Romawi Kuno. Pemimpin Festival, memasukan beberapa nama wanita ke dalam sebuah kotak.
Mereka percaya, nama yang keluar dari kotak itu merupakan jodoh mereka. Namun, tradisi seperti ini dianggap tidak melambangkan kasih sayang serta kehangatan cinta.
Saat ini, hari itu sudah menjadi budaya atau perayaan masyarakat di sejumlah belahan dunia, termasuk Indonesia. Banyak orang yang mengungkapkan perasaan atau melamar orang yang mereka sayangi tepat di hari itu.
Ada beberapa simbol kasih sayang yang mereka wujudkan. Antara lain, cokelat, bunga, dan kartu ucapan nan romantis.
Hari kasih sayang itu pun tidak lepas dari kontroversi yang terjadi hingga saat ini karena alasan keagamaan. Banyak yang melarang umatnya untuk merayakannya namun tidak sedikit pula yang memperbolehkan.
Nah, tinggal bagaimana anda menyikapinya. Sebab, semuanya merupakan budaya meski bukan dari budaya asli Indonesia. ***
