“Langkah awal yang mesti kita lakukan adalah menghitung ulang seberapa sih kekayaan dan kekuatan negara kita. Kalau bicara soal energi, misalnya. Berapa sih potensi yang negara kita miliki, berapa sih produksinya? Berapa sih yang kita manfaatkan? Mulai dari energi fosil sampai energi yang terbarukan,” tegasnya.
Ganjar merinci, potensi energi baru terbarukan yang mampu Indonesia miliki saat ini sebesar 3.600 Gigawatt.
Sementara pemanfaatannya masih 11,15 GW. Belum lagi potensi nikel yang berlimpah, yang sudah pemerintah tetapkan tidak boleh lagi menjualnya mentah.
Ada juga Bauksit dan Tembaga dan lainnya. “Selain itu potensi pangan. Kita punya potensi sangat besar untuk mengembangkan sektor ini.”
“Kesempatan kita sebagai salah satu lumbung pangan dunia sangat terbuka lebar. Dengan luasan wilayah tanam, dengan kesuburan lahan serta terjaminnya kebutuhan air membuat,” tegasnya lagi.
Belum lagi potensi kelautan, perkebunan, peternakan, industri, pengembangan teknologi sampai kebudayaan.
Sekarang persoalannya adalah seberapa kuat mentalitas kita untuk menuju ke sana.
“Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Aceh, Minang, dan lain sebagainya merupakan kekayaan tak ternilai. Ini tak akan pernah habis untuk kita kelola. Itulah ruang-ruang yang bisa kita jadikan stimulan. Utamanya untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia,” ucapnya.
Semua itu bisa terlaksana jika bangsa Indonesia khususnya kaum intelektual mau menjadi motor penggeraknya.
Maka, ucapnya, perguruan tinggi harus turun gunung menggerakkan seluruh kapasitas intelektualnya.
Penelitian pada setiap sektor-sektor prioritas harus ditingkatkan. Kolaborasi dengan perusahaan menjadi keniscayaan.
