RADAR TEGAL – Harga ikan asin di Kota Tegal diperkirakan akan mengalami kenaikan dari sebelumnya. Hal itu menyusul naiknya harga bahan baku ikan dan garam yang akan mereka olah menjadi ikan asin.
Penasehat Kelompok Pengolah ikan asin di Kota Tegal Gunaryo mengatakan kenaikan yang terjadi akibat cuaca buruk. Akibatnya, ikan yang merupakan bahan baku utama mengalami kelangkaan sehingga harganya naik dari sebelumnya.
“Cuaca buruk ini sangat mempengaruhi ketersediaan dan kondisi harga bahan baku, utamanya ikan. Akibat langka jadi harganya naik,”katanya.
Gunaryo menyebut, saat ini harga bahan baku ikan asin yakni ikan laying saat ini mencapai Rp30.000 per kilogram. Padahal sebelumnya hanya Rp20.000 atau naik Rp10.000 per kilogram.
Baca Juga: Pemilik Usaha Ikan Asin Tegal Tuntut Lahan yang Disewa Dikelola Pemkot
Kemudian untuk harga ikan siro, saat ini sudah mencapai Rp25.000 per kilogram atau naik Rp10.000 dari sebelumnya Rp15.000. Selain ikan, bahan baku garam juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Hal itu, akibat kurangnya pasokan akibat cuaca buruk. Saat ini harga garam sudah mencapai Rp3.500 per kilogram, naik Rp2.500 dari sebelumnya hanya Rp1.000.
Gunaryo mengatakan untuk pasokan garam, bisanya berasal dari Brebes, Indramayu dan Rembang. Namun, karena cuaca buruk sehingga produksinya mengalami penurunan.
Menurut Gunaryo untuk memproduksi ikan asin, membutuhkan bahan baku 1 kwintal garam untuk 3 kwintal ikan.
Selain memicu berkurangnya stok dan naiknya harga bahan baku, cuaca buruk juga sangat mempengaruhi proses produksi. Sebab, untuk menjemur ikan membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Karena biasanya kita menggunakan sinar matahari langung. Nah, ini karena cuaca buruk terkadang seharian tidak ada sinar matahari malah hujan besar,”katanya.
Untuk penjualan, kata Gunaryo, ikan asin dari Kota Tegal dikirim hingga ke Sumatera, Jawa Barat, hingga Jakarta. Dia pun berharap, harga bahan baku kembali stabil dengan melimpahnya hasil tangkapan dan pasukan garam yang cukup.
Gunaryo menambahkan, kenaikan harga bahan baku sangat mempengaruhi biaya produksi. Sehingga, untuk menutupinya hanya ada 2 alternatif, yakni mengurangi jumlah produksi atau menaikan harga jualnya.
“Untuk harga kami belum berani menaikan karena khawatir pelanggan akan mengurangi konsumsinya juga,”pungkasnya. (*)