RADAR TEGAL- Lato-lato saat ini tidak boleh masuk ke sekolah. Dinas Pendidikan menganggap permainan itu cukup membahayakan.
Tidak hanya itu, permainan berbentuk dua buah bola yang terhubung tali itu juga bisa mengganggu pelajaran. Karenanya, sejumlah dinas mulai berlaku tegas.
Salah satunya Dinas Pendidikan Kota Semarang. Dinas ini melarang para siswa membawa dan memainkan mainan yang kini tengah viral ke sekolah.
BACA JUGA: Lato-lato Ngetren, Video yang Memuat Misterinya Viral di Tiktok
Selain melarang, Disdik juga meminta korsatpen untuk mendata sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Utamanya terkait, temuan siswa yang membawa.
Sejauh ini, hal itu sudah terkondisikan dengan baik.
“Dampak negatif permainan sudah diumumkan saat upacara Senin (8/1) kemarin. Nah, kemarin (10/1) kami sampaikan imbauan kepada korsatpen mengenai larangan membawa dan memainkan lato-lato di sekolah,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdik Kota Semarang Suwarto, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 11 Januari 2023.
BACA JUGA: Lato-lato Booming, Lagu Danang 20 Tahun Lalu Viral
Larangan ini muncul karena kekhawatiran bisa mengganggu pembelajaran. Hal ini juga membahayakan orang sekitar.
“Sudah kita imbau siswa untuk tidak membawa lato-lato ke sekolah,” kata Suwarto.
Disdik Kota Semarang sudah menyampaikan larangan ini melalui koordinator-koordinator satuan pendidikan (korsatpen). Selanjutnya, mereka yang akan menyampaikan kepada sekolah di seluruh jenjang pendidikan.
BACA JUGA: Lato-lato Tren Banget, Ternyata Sejarahnya Bukan dari Indonesia
Lato-lato sendiri adalah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras. Permukaan kedua bola halus dan keduanya terhubung seutas tali.
Beberapa kasus tercatat permainan ini membuat sejumlah anak cedera akibat terkena mata dan bibirnya. Oleh karena itu, beberapa daerah sudah melarang siswa membawa mainan itu di sekolah.
Kepala Bidang Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan Kota Semarang Hidayatullah menjelaskan hal ini. Dia meminta sekolah membuat surat edaran kepada orang tua siswa mengenai larangan membawa lato-lato.
“Lato-lato kalau kena mata dan kepala kan bahaya karena itu (bahannya) keras. Di beberapa daerah, lato-lato juga sudah memakan korban. Makanya, kami minta sekolah mengawasi siswanya,” katanya.
Di samping membahayakan karena terbuat dari material keras dan cara memainkannya, suara yang muncul dari permainan itu juga bising sehingga bisa mengganggu kegiatan pembelajaran.
“Kami kewenangannya kan hanya di sekolah. Tidak bisa melarang mereka memainkannya di rumah. Namun, semestinya perlu kesadaran orang tua untuk mengawasi dan mengingatkan anaknya dalam bermain,” katanya. (*)