:
Lokal  

Mengenal Desa Bentar, Salah Satu Penghasil Batik Salem di Brebes


RADAR TEGAL – Bentar adalah salah satu desa di Kecamatan Salem bagian utara Kabupaten Brebes. Terletak di lembah pegunungan dan beriklim tropis serta memiliki lahan pertanian ini memiliki historis yang cukup banyak.

Seperti apa historis yang ada di Desa Bentar Kecamatan Salem? Ini kata Sejarahwan Pantura Wijanarto.

Masih Satu Pademangan dengan Bentarsari dan Ciputih

Wijanarto mengungkapkan, dari cerita masyarakat Salem sebelum ada penyebaran Walisongo. Desa Bentar belum terbentuk menjadi sebuah desa, dulu masih satu kesatuan wilayah atau Pademangan bersama Bentarsari dan Ciputih.

“Dulunya Desa Bentar, Bentarsari dan Ciputih merupakan kesatuan wilayah atau Pademangan,” ungkapnya, Rabu 4 Januari 2023.

Wijanarto menjelaskan, sebelum pemekaran terjadi pertemuan antara Nyi Putri Indang Sekati, Nyi Putri Indang Lara dan Nyi Putri Indang Sari dengan Mbah Janur.

Mbah Janur sendiri merupakan pimpinan dalam musyawarah tersebut, sekaligus pemberi keputusan tentang pembagian wilayah. 

“Hasil musyawarah itu, Nyi Putri Indang Sekati memegang Desa Ciputih, Nyi Putri Indang Lara memegang Bentar dan Nyi Putri Indang Sari memegang Desa Bentarsari,” jelasnya.

“Memang ada kesamaan nama antara Desa Bentar dan Bentarsari. Pemberian nama tersebut secara langsung oleh Mbah Guriang,” lanjutnya.

Menjadi Salah Satu Desa Pengrajin Batik Salem

Selain memiliki historis di atas, lanjut Wijanarto, saat ini Desa Bentar juga memiliki potensi desa yang cukup tinggi. Salah satunya yakni merupakan sentra atau penghasil Batik Salem.

Awal mula muncul batik di Desa Bentar menurut kisah yang diceritakan Warwin Sunardi (wawancara 19 Oktober 2009 lalu), kata Wijanarto, ada salah seorang putri dari pejabat dari Pekalongan datang ke Kecamatan Salem. Di desa itu, sang putri Pekalogan itu jatuh hati pada pemuda desa setempat.

“Hingga akhirnya keduanya menikah dan mengajarkan batik ke masyarakat di Desa Bentar. Dan hingga saat ini warga di sana mengenal kerajinan batik hingga sekarang ini,” terangnya.

Dalam kajian Rudi Iskandar, Perkembangan Batik Salem Kabupaten Brebes 1960-2003 (2013). Menyebutkan Ibu Sartumi asal Pekalongan menikah dengan pemuda setempat Masutarso 1917.

Setelah itu, Sartumi mengajarkan keterampilan membatik pada perempuan setempat. Lalu, generasi Sartumi mewariskan pada Ratminah yang tergolong cucu Sartumi.

“Dan narasi ini juga muncul tokoh pembatik dari Tegal Mbah Breden. Mbah Breden ini bekerja sebagai binnelands bestuur (semacam Pamong Praja) di Kantor Distrik Salem,” ungkapnya.

“Dari Mbah Breden ini juga masyarakat pengrajin Batik Salem mengenal teknik pewarna alami dari bahan-bahan seperti kulit mengkudu, kulit pohon mahoni dan nila,” lanjutnya.

Periode 1960an Batik Salem telah dikenal dengan beberapa motif. Yaitu, Motif Kopi Pecah, Manggar, Ukel, Sekoteng, Uwil-uwil, dan Halang Barong. (*)

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *