RADAR TEGAL – Kekuasaan raja-raja Jawa telah meninggalkan sejarah panjang. Meskipun sudah lama terjadi di sekian ratus tahun yang lalu, banyak hal yang bisa menjadi pelajaran. Salah satunya adalah masa kekuasaan Amangkurat I.
Amangkurat I adalah salah satu raja Mataram yang menjabat semenjak 1645 menggantikan ayahnya, yaitu Sultan Agung. Nama kecilnya adalah Raden Mas Sayyidin. Sedangkan nama Amangkurat adalah julukannya sebagai raja.
Nama Amangkurat I berasal dari kata amangku yang berarti memangku dan rat yang berarti bumi. Dalam bahasa Jawa, secara harfiah artinya memangku bumi. Jadi, amangkurat adalah sebutan orang yang memerintah negara.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa rasa ini terkenal sebagai penguasa Mataram yang paling kejam. Berikut ini adalah rangkuman 5 fakta mengenai Amangkurat I.
BACA JUGA: Panembahan Senopati, sang Pendiri Kesultanan Mataram dan Misteri Wafatnya
1. Raja penanda kemunduran Mataram
Dari beberapa catatan mengenai kekuasaan Amangkurat I, ada yang menyatakan bahwa masa kekuasaannya adalah masa keruntuhan kejayaan Mataram. Hal ini karena karakteristiknya tidak cocok sebagai pemimpin.
Babad Tanah Jadi menggambarkan bahwa masa-masa kelam Mataram adalah di bawah kekuasaan raja satu ini. Gambaran raja tersebut kejam dan keras. Sedangkan dalam Serat Jayabaya, masa ini disebut sebagai masa lalim.
2. Berbanding terbalik dengan sang ayah
Kepemimpinan Amangkurat I sangat berbeda dengan Sultan Agung. Bahkan, semenjak menggantikan ayahnya, beberapa pendekatan politik dan ketentuan berubah. Di antaranya adalah hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain pemerintah Belanda.
Penguasa setelah Sultan Agung ini mengambil jalan politis membangun hubugan baik dengan pemerintah Belanda, sedangkan menolak utusan dari kerjaan Gowa, yang mana sudah dibangun oleh Sultan Agung.
3. Perjanjian dan hubungan baik dengan Belanda
Berbeda dengan ayahnya yang mati-matian memerangi VOC, Amangkurat I justru tunduk pada penjajah. Dia menganggap hubungan dengan Belanda menguntungkan baginya. Selain memberi izin dagang bagi VOC, dia juga menerima upeti dari pemerintah Belanda.
Bahkan, bagi pemerintah Belanda pun, raja ini adalah raja yang congkak. Dia tidak menerima tamu Belanda di dalam pendopo dan mengkritik pemberian. Bahkan pada 1652, Belanda mengeluarkan sejumlah 60.000 gulden untuk hadiah.
BACA JUGA: Ternyata Begini Kisah Awal Kesultanan Mataram Islam Berdiri, SImak 4 Faktanya
4. Pembantaian para ulama dan keluarga
Kekejaman raja Jawa satu ini yang terkenal adalah karena pembantaian yang dia lakukan tanpa pandang bulu. Sejarah inilah yang paling mencoreng nama Amangkurat I sebagai raja Mataram.
Masa pemerintahannya diwarnai banyak pemberontakan. Raja ini tidak segan-segan membunuh bahkan keluarganya sendiri, salah satunya Pangeran Alit yang merupakan adiknya, dalam pemberontakan tahun 1647.
Tetapi, pemberontakan oleh Pangeran Alit itu justru berbuntut panjang, karena raja akhirnya memerintahkan untuk membunuh para ulama yang mendukung adiknya. Sekitar 6.000 orang termasuk perempuan dan anak-anak terbantai.
5. Makam Amangkurat I di Tegalwangi
Raja ini meninggal dalam suatu pelarian, dengan wasiat agar makamnya di dekat gurunya. Lokasi makamnya berada di Pesarean, tepatnya di Adiwerna, Tegal. Hingga kini, makamnya masih terjaga dan bisa dikunjungi.
Amangkurat I memiliki julukan Sunan Tegalarum atau Sunan Tegalwangi, karena sehubungan dengan tempat makamnya. Daerah tersebut memiliki tanah yang baunya wangi dan harum, sehingga bernama Tegalwangi atau Tegalarum.***