:

Persoalan Diskriminasi dan Rasisme yang Sering Diterima Masyarakat Papua


Diskriminasi

Kemajemukan ini melahirkan suatu kewajiban agar dapat bersikap toleran terhadap keberagaman yang ada di Indonesia. Namun, masih ada beberapa kasus tentang intoleran dan sering terjadi terutama dalam hal agama dan ras.

Masih ingatkah dengan kasus mahasiswa Papua yang kuliah di Pulau Jawa? Kasus ini bermula ketika ditemukannya bendera merah putih yang rusak di depan asrama mahasiswa Papua tersebut. Tak hanya di rusak, sejumlah oknum mahasiswa diduga juga membuang bendera merah putih tersebut ke dalam selokan.

Hal ini menimbulkan reaksi dari ormas dan aparat yang mengepung asrama tersebut. Pihak aparat menduga perusakan bendera merah putih dilakukan oleh oknum mahasiswa papua yang tinggal di asrama.

Hal yang sangat disayangkan adalah pada saat aparat dan ormas yang menyerang asrama mahasiswa tidak melakukan investigasi terlebih dahulu. Padahal mereka pun sebenarnya belum tahu siapa pelaku perusakan bendera merah putih tersebut. Tetapi mereka malah langsung mendatangi asrama mahasiswa Papua dan melakukan tindakan main hakim sendiri.

Selain itu, aparat juga membiarkan ormas yang reaksioner turut melakukan pengepungan. Aparat juga melontarkan kata yang bernada rasisme terhadap mahasiswa Papua. Kata-kata rasial seperti nama-nama binatang pun turut terlontar dari mulut aparat dan ormas.

Hal ini menunjukkan bahwa kita masyarakat Indonesia belum bisa menghormati satu sama lain. Sikap toleran harus dimiliki setiap warga negara, karena dapat mencegah terjadinya kasus rasisme. Dilihat dari uraian di atas, sudah jelas bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila, utamanya sila kedua dan ketiga.

Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Artinya sebagai warga negara harus bisa saling menghargai antar sesama, memanusiakan manusia secara adil dan bijaksana, serta tidak berbuat semena-mena terhadap semua warga negara Indonesia.

Sedangkan dalam sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, kita diajarkan untuk hidup berdamai. Berdampingan satu sama lain, serta saling menghormati antar sesama tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya.

Faktor-faktor yang menyebabkan terhambatnya mahasiswa Papua dalam berinteraksi dengan warga lokal. Di antaranya adalah  perbedaan bahasa yang kunci utama agar bisa berkomunikasi secara langsung adalah dengan menggunakan bahasa yang sama. Jika salah satu dari keduanya tidak paham dengan apa yang tengah diperbincangkan, akan muncul kesalahpahaman dari kedua belah pihak.

Selain itu, karena perbedaan fisik yang dimiliki oleh masyarakat Papua membuat mereka sering dipandang asing. Hal yang sama juga terjadi ketika warga lokal melihat dengan pandangan aneh dan menertawakan hal semacam ini, membuat mereka merasa minder. Atau kurang percaya diri, dan merasa berbeda dengan warga lokal.

Sudah seharusnya Negara Indonesia ini hidup sesuai dengan Kebhinekaan Tunggal Ika, yaitu walaupun kita berbeda-beda tetapi kita tetap satu. Jadi meskipun adanya perbedaan Suku, Agama dan Ras, kita harus tetap saling menghargai satu sama lain, saling toleransi kepada siapapun meskipun itu berbeda Suku, Agama maupun Ras.

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan